Golden’s Car melaju memasuki area terpencil,
tersebutlah Dennis merapikan surat-surat rekomendasi sebagai riset di sebuah
rumah kecil jauh dari keramaian kota. Perlahan-lahan membaca seluruh isi
keseluruhan naskah tertulis rapi, terlilit amplop tebal, lengkap cap pos.
Sambil menikmati jalanan tak beraspal, berliku-liku, bebatuan mengganggu
kenyaman perjalanan. Sungguh misi merempongkan. Tak di sangka menelusuri area
tak bertuan memicu timbulnya bulu kuduk merinding. Meski tingkap langit
bersinar menghangatkan pohon-pohon berjajar rapi saling berdempetan.
Pedalaman
demi langkah merujuk lokasi bangunan tua jarang di huni oleh siapapun. Sambutan
‘selamat datang’ terucap lelaki paruh
baya tidak lain penjaga rumah tersebut. Dia memandu memperkenalkan segala macam
bentuk cerita mistik dan keanehan rumah angker di beri nama ‘Havernalize’
menguak misteri belum terpecahkan hilangnya Collismerlin.
Sang
penjaga membukakan kamar bermalam, kondisi masih terurus dan dirawat dengan
baik dan benar. Dennis menyapu kedua bola mata mengamati ruangan kosong
tertinggal propeti.
“Tuan,
jika ada yang perlu panggilan saja... saya akan bantu...!”
“Ya,Pak.”
“Selamat
malam,”
Kini
tinggal Dennis menata perangkat dektetif.
Tertuang
pemikiran ramuan pengubah intan murni menjadi topik kontroversial Dennis.
Penilaian rakyat dan publik cairan formulasi karya Professor Kim hanya sebuah
bualan belaka. Banyak di antara penyidik sering melakukan penelitian tetapi tak
ada hasilnya. Seandainya Professor masih hidup kita tahu jelas kandungan zat
kimia di pakai selama eksperimen.
Sepeninggal
kematian professor terbujur kaku di laboratrium. Bekas benjolan luka akibat
ledakan kesalahan komposisi, tercatat konsentrasi pemanasan serbuk arang, asam
nitrat,glyserin,air raksa melalui spirtus. Hal menggelitik tumpukan barang
berserakan di temukan kain-kain rombeng asing tepat di bawah meja.
Penyelundupan diam-diam tak berpengaruh penjaga di luar. Namun Dennis tetap
bersiaga.
Larut
kian mencekam, kesunyian memburu rasa kantuk menggerogoti tubuh. Angin semilir
membangunkan serigala menggonggong menyuarakan raungan ngerinya. Dennis
menepuk-nepuk sendi panggul kecapaian berjongkok mengambil sampel di masukan
kedalam lilitan plastik mungil.
Bangkit
tegak mundur beberapa langkah, pijakan kaki kiri ‘push on’ mengendalikan tembok berputar sembilan puluh derajat.
Alih-alih mediasi rahasia menghubungkan mesin tua lama tak terpakai. Suasana
gelap di temani pencahayaan lampu senter. Setapak berjalan derap kaki
menjijitkan perlahan.
Dennis
meraba-raba tembok berharap pencahayaan mampu menyeimbangkan penglihatan.
“CEKLEK”
Lampu
menyala berurutan, ternyata tempat ini sarana pembuatan intan. Bagaikan tambang
terbengkelai tak di pakai. Kini tinggal serpihan intan terkapar di lantai
berbatu. Tiba-tiba seorang di belakang Dennis menghunuskan senapan angin hampir
mengenai pipi kiri. Alhasil meleset, Dennis menoleh terbelalak kaget setengah
mati.
“Sudah
kuduga... Dektetif ikut campur...”
Pikiran
Dennis melayang memikirkan kata kunci sampel kain rombeng, cairan intan, bekas
ledakan. Jejak sidik jari tak bisa di tipu, ini konspirasi penjaga rumah tak
lain Henri. Disinilah pertengkaran sengit terjadi di mesin tua. Hantaman silat
lihat layaknya pria macho berlaga dalam action.
Kepalan
bogem.
Siku
terangkat meluruskan kaki sejajar anyunan tendangan memutar balik lawan.
Koprol.
Melompat.
Menghindari.
Hingga
Dennis mengirimkan sinyal ke gelombang satelit tanda S.O.S bahaya.
Pagi
buta telah menjadi saksi penangkapan kembali. Sang Hakim tak mampu berkata
apapun selain menjatuhkan hukuman mati.